Home » » Belajar Trading saham

Belajar Trading saham

Written By Unknown on Jumat, 19 Oktober 2012 | 20.49



JASICA membagi sektor-sektor itu ke dalam tiga bagian. Pertama, industri primer (ekstratif) yang dihuni oleh sektor pertanian dan pertambangan.
Kedua, Industri yang sifatnya sekunder, yakni industri pengolahan atau manufaktur yang meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, serta sektor industri barang konsumsi.
Ketiga, industri jasa non-manufaktur masuk kelompok ini yakni, sektor properti dan real estat, sektor transportasi dan infrastruktur, sektor keuangan, serta sektor perdagangan, jasa dan investasi.
Sembilan sektor tersebut masih dipecah lagi menjadi beberapa subsektor yang leboh spesifik. Misalnya, sektor pertambangan batu bara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan logam dan mineral lainnya, serta pertambangan batu-batuan.
Asal tahu saja, BEI baru membagi sektor-sektor emiten yang nongkrong dibursa sejak januari 1996. Saat menyusun pembagian sektor-sektor itu, menurut Poltak Hortadero, Kepalla Divisi Riset PT Bursa Efek Indonesia, BEI sengaja menyamakannya dengan pembagian sektor industri oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sehingga, bursa bisa menjadi potret dinamika perekonomian bangsa, kata Poltak.
Dari kacamata investor, Research Analyst PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya menilai, dengan ada pembagian sektor-sektor itu, investor bisa memilih saham-saham yang ada di BEI dengan lebih mudah. Kegunaan lainnya adalah untuk analisis. Salah satu cara memilih saham adalah dengan mencermati kinerja atau fundamental keuangan perusahaan tersebut dan kemudian membandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Agar lebih akurat, Calon investor harus membandingkan kinerja suatu emiten dan valuasi harga sahamnya dengan emiten lain yang bergerak di sektor atau subsektor yang sama. Misalnya, membandingkan kinerja PT Semen Gresik (SMGR) dari sektor industri dasar dengan kinerja Kalbe Farma (KLBF) dari sektor barang konsumen tentu tidak tepat. Yang benar, kita kudu membandingkan kinerja SMGR dengan kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) yang sama-sama bergerak di sub sektor semen dalam industri dasar.
Nico Omer Jonckheere, wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities, menambahkan, analisis sektoral juga diperlukan saat kita melakukan analisa secara top down. Prosesnya, pertama-tama, kita harus melihat kondisi ekonomi makro terlebih dahulu, seperti tren suku bunga, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, serta pergerakan nilai tukar. Berbekal data-data tersebut, kita kemudian bisa mencermati kondisi rill dilapangan, yakni kinerja dan prospek masing-masing sektor industri. Pilih sektor yang menjanjikan dan terakhir pilih saham yang terbaik di sektor pilihan tersebut. Kata Nico.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar